Bismillah...kalo kita mau membicarakan makanan, pasti makanan 'lokal' yang sehari-hari kita makan akan kita sebut yang ter-enak dan passs rasa nya. Walaupun kita sudah 'terbang' kemana-mana dan mencicipi makanan dari tempat dimana kita singgahi, makanan 'asal' kita kadang-kadang 'nga-ngeni' dan ingin sekali kita makan makanan tersebut. Begitupun kita, pak-e selalu membanggakan kuliner khas kudus (baca: ndeso nya pak-e) dan selalu menantang mbok-e untuk menunjukkan kuliner yang ter-enak yang ada di madiun (baca: ndeso nya mbok-e).
Bukan rahasia lagi, sudah diketahui umum...memang kuliner di kudus banyak yang uenakkk dan sering banget masuk tipi salah satunya acara tipi dengan host pak bondan 'maknyusss'...dan sempat waktu kita makan di RM sari rasa depan JHK kudus, ketemu dengan pak bondan...tahannn, jaimmm dong (jangan ketahuan 'ndeso' ne mbok-e) huebohhhh kalo ketemu bintang tipi...dan ternyata pak-e dapat juga bertatapan (tanpa bicara) dgn pak bondan, ketika salah satu pengunjung minta tolong ke pak-e untuk difoto bareng pak bondan, mbok-e cukup jadi penonton sambil pasang senyum 2 cm kanan dan kiri.
Sejak 'resmi' menjadi bagian wong kudus...selain 'menjalani hidupNya bersama salah satu wong kudus' ternyata harus juga belajar 'kuliner' nya...gampang-gampang susah untuk membuatnya, tetapi buanyakkk susah nya, karena kuliner nya yang banyak dan enak...karena sudah 'tersedia' di warung-warung, afdol nya langsung saja pak-e dan mbok-e 'hunting' kuliner yang enak-enak itu kalo kita mbalik ndeso ke kudus. Hasilnya, kita berdua mengalam 'pelebaran' badan yg sangat 'nampak' karena seringnya mbalik ndeso ke kudus minimal 3 bulan sekali kita pulang.
Ini beberapa tempat kuliner di kudus yang pernah kita kunjungi...soto kudus (mulai mbok jatmi, bu sulichan&pak denuh di taman bojana), sate kerbau (yang ter-enak di daerah piji buka jam 5 sore biasa nya jam 8 malam sudah habis), nasi tahu di sepanjang jalan (lali mbok-e nama nya, di dekat nya jalan jawa, pokok e), iwak mangut di samping nya pasar kliwon kudus, garang asem RM sari rasa, dan tak lupa kuliner buatan mak-e (sop, lodeh, ayam 'dekem') yang rasanya ga kalah uenakkk nya (apalagi ayam2 nya tinggal ngambil di kandang)
Sekarang kita lihat kuliner di madiun...berhubung mbok-e kalo makan ga perlu 'rasa' yang penting 'kenyang'...jadi ga pernah memberi 'poin' buat makanan2 yang dimakan. Selama 18 tahun di madiun (mulai lahir sampai SMU) memang mbok-e jarang 'jajan' dan ga suka makan (wajar kalo saat itu bener2 langsing dan 'kutilang' kurus tinggi menjulang). Dan ketika harus meninggalkan madiun dan 'tinggal' ikut kemana pun suami 'stay', ke madiun mungkin hanya setahun sekali pas lebaran saja...karena tidak punya referensi tempat makan yang enak, pas kita mbalik ndeso ke madiun mampir nyari makan 'bingung' mau kemana...ingatlah mbok-e waktu kecil dulu sering diajak ke pasar gedhe oleh buk-e dan mampir makan di soto daging 'bu harjo', ketika awal nikah dengan 'bangga' mbok-e ngajak pak-e ke pasar gedhe untuk makan di soto nya 'bu harjo'...rasa nya kurang 'enakkk' kata pak-e, padahal saat itu mbo-e sudah nambah 2x saking enakk nya...dan tempat makan itu selalu di ingat pak-e, "iku sing paling enak di madiun, ga ono liyane opo???"...hmmm awas yo pak-mu tunggu hasil 'hunting' e mbok-e
monggo, buat temen-temen madiun yang punya referensi kuliner di kota 'brem' memberikan masukan buat kita kalo nanti mbalik ndeso ke madiun...jangan 'pecel madiun' ya, karena menurut pak-e dan mbok-e pecel madiun sudah menjadi makanan 'nasional' di mana-mana selama mbok-e ngikut pak-e (sampe di pelosok asam asam, kalimantan selatan) ada yang jual pecel madiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar