Waktu saya masih kecil, ada seorang nenek sepuh sebut saja mbah Mo yang mempunyai anak banyak dan anak-anak nya menikah dengan anak-anak di desa nya sendiri. Jarak rumah masing-masing besan mungkin hampir berdekatan. Mbah Mo, adalah nenek yang kaya dan banyak bicara nya (baca. cerewet). Jika salah satu menantu nya ada yang berbuat kesalahan walaupun sepele, akan di cerita kan ke tetangga-tetangga nya. Bisa di bayangkan (saat itu), nama mbah Mo menjadi tenar di desa saya. Bukan karena cerita positif tentang beliau, tetapi cerita negatif tentang beliau di jadikan ibu-ibu untuk menakuti anak gadisnya.
" Awas ya ga nurut sama ibu, nanti ibu doa kan dapat mertua yang galak seperti mbah Mo...."
Hahahaha....lucu tapi ampuh juga untuk sejenak (mungkin bisa mendalam) para gadis di desa saya, agar tidak berani melawan orang tua.
Dan, saya termasuk salah satu anak gadis di desa saya yang akhirnya selalu berdoa di setiap sujud padaNya agar diberi kan keluarga baru, keluarga calon suami saya nanti yang baik hati dan sabar.
Bismillah.....
Dini hari di lereng gunung Muria yang dingin nya air masih enggan kulit untuk menyentuhnya.
Seperti biasa, terdengar suara gemericik air di kamar mandi. Dan itu pasti mak-e yang hampir tidak pernah lupa untuk mengetuk pintu-pintu rahmat dan berkahNya di sepertiga malamNya.
Fisik yang sudah melemah, pasca sakit stroke ringan yang di alami mak-e hampir empat tahun yang lalu, tak membuat mak-e melupakan ritual dini hari tersebut. Saya yakin selain nama suami (anak nya) ada nama saya yang terselip dalam doa nya......#mulai mbrebes mili, hiks
Sebagai ibu, mak-e adalah ibu yang tangguh, baik hati dan sabar. Hal itu, saya ketahui dari cerita suami dan bapak mertua. Mak-e menikah muda setelah lulus sekolah dasar, dua tahun kemudian berturut-turut mak-e melahirkan lima amanahNya. Suami saya adalah anak kedua mak-e dari lima amanahNya.
Sebagai petani, bapak dan mak-e mengolah kebun nya sendiri. Saat ini, selain kebun di tanami tanaman herbal dan buah-buahan. Bapak dan mak-e memelihara ribuan ayam petelur untuk di jual telur nya.
Sebagai orang tua, nasehat dan kasih sayang mak-e tidak hanya secara batin saja. Secara lahir, mak-e dan bapak adalah orang tua yang tidak pernah menyusahkan anak-anak nya. Justru kadang-kadang mereka memberikan materi kepada anak-anak nya. Masya Allah....
Pasca sakit stroke empat tahun yang lalu, mak-e rutin berobat ke salah satu dokter syaraf terkenal di daerah Kudus. Setiap bulan mak-e harus mengkonsumsi obat yang harga nya satu jutaan, tergantung kondisi mak-e ketika bertemu dan sharing sakitnya dengan dokter.
Alhamdulillah, Allah masih memberikan nikmat rizkiNya. Sampai saat ini, mak-e tidak pernah meminta bantuan ke anak-anak nya. Kadang-kadang, ketika kami pulang silaturahim ke Kudus. Kami akan membelikan obat-obatan tersebut ke apotik langganan mak-e, tapi kadang-kadang mak-e tidak mau di belikan dan mengganti dengan uang beliau. #mulai mbrebes mili lagi, hiks
Alhamdulillah, awal bulan April ini kami sekeluarga bisa silaturahim ke rumah orang tua di Kudus. Walaupun sebentar, saya melihat kebahagiaan dan senyum mak-e bercanda bermain dengan ke-empat cucu nya yang saat ini tinggal jauh dari rumah.
Semoga Allah selalu memberikan nikmat sehat dan rizkiNya agar kami yang saat ini mengadu nasib dengan para urbaners di megapolitan Jakarta ini bisa sering pulang silaturahim dan membahagiakan mak-e...aamiin
Subhanallaaah.... saya doa kan mak e sehat ya mak...
BalasHapusSubhanallaaah.... saya doa kan mak e sehat ya mak...
BalasHapusAamiin Yaa Mujibus Sailiin...
HapusMaturnuwun doa nya mak Tanti...^_^
hhuum u,u iya semoga sehat selalu... :3 aamiin
BalasHapusAamiin Yaa Mujibas Sailiin
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus