Jumat, 26 Mei 2017

[#NgajiIslamkaffah] Mengenal, Belajar dan Mengamalkan Islam Secara Menyeluruh

"Wahai Tuhan, ku tak layak ke surga-Mu
Namun tak pula aku sanggup ke neraka-Mu
Ampunkan dosaku, terimalah taubatku
Sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar"
[syair nasyid Raihan ; judul I'tiraf]


Alhamdulillah....
Di penghujung bulan sya'ban, in sya Allah kita akan di pertemukan kembali dengan bulan yang pernuh berkah, bulan Ramadhan 1438 H. Sebagai seorang muslim yang ingin membersihkan diri dari segala dosa baik kecil maupun besar, datang nya bulan Ramadhan tentu sangatlah istimewa. Jika feel kerinduan dan kesiapan menyambut Ramadhan biasa saja, mungkin ada yang perlu dipertanyakan dengan iman (di hati) kita. Apa kabar (iman) mu wahai teman-teman? Semoga teman-teman yang membaca tulisan ini masih memiliki iman (yang terjaga) baik di hati, aamiin.


Sengaja saya tampilkan gambar tentang kematian. Karena bagi saya pribadi dengan mengingat mati saya akan takut melanggar aturanNya (berbuat dosa). Yach, sudah menjadi hak prerogatif Allah Yang Maha Segalanya urusan dunia bagi manusia menyangkut rizki, jodoh dan ajal adalah kehendakNya. Manusia yang menikmati hidup sebentar di duniaNya ini tentu tak pernah luput dari ujian. Apakah selama di beri nikmat nafasNya  di dunia ini kita (muslim) sudah menerapkan syariatNya dan menjauhi laranganNya.
Hasil dari ujian hidupNya ini tidaklah kita nikmati sekarang di dunia. Jika di dunia mendapatkan kelapangan rizki dan dikenal banyak orang (baca. populer) justru itu adalah ujianNya juga.
Karena hasil sesungguhnya dari ujian  di duniaNya ini adalah surga atau nerakaNya.
Masya Allah, semoga teman-teman yang membaca selalu dalam limpahan rahmat dan nikmat imanNya menjalankan kehidupan sebentar di alam fana ini selalu menjalankan syariatNya, aamiin.

Saya tidak akan menulis tentang tips menyambut ramadhan, karena sudah banyak sekali tulisan tentang Ramadhan yang  bisa kita baca. Saya akan membagi pengalaman tentang sebuah proses mengenal Islam yang Kaffah (menyeluruh). Alhamdulillah saya muslim sejak lahir, dan saya mungkin belum beruntung karena saya tidak mendapatkan pelajaran tentang Islam yang kaffah dari kecil. Orang tua saya hanya mengenalkan ibadah mahdhoh (aktivitas yang sudah ditentukan syarat dan rukun nya) seperti kewajiban sholat, zakat fitrah dan shaum di bulan Ramadhan. Untuk pengetahuan tentang Islam yang lain seperti membaca dan mengamalkan Al Qur'an saya peroleh dan pelajari setelah lulus putih abu-abu dan keluar dari rumah (berpisah dari orang tua) belajar ke kota lain.

Tak paham tanpa mengenal dahulu, begitulah umumnya. Saya belajar Islam kaffah karena saya dikenalkan oleh seorang teman. Kesibukan teman saya selain belajar di kampus, saya pun penasaran dengan apa yang dilakukan nya.
"Belajar bahasa arab, mau ikut...yuuuk", itulah jawaban teman saya waktu itu. Wow, bahasa arab sepertinya boleh juga dech saya ikut belajar karena saya memang belum pernah mendapatkan pelajaran tersebut. Saya pun mengikuti nya, walaupun tidak rutin datang tiap minggu ,saya pun di ajak juga ke kajian-kajian keislaman yang ada di kampus.

Apakah saya langsung tertarik dan menikmati kajian-kajian tersebut. Jawabnya adalah tidak. Walaupun tidak menolak ajakan tersebut, saya belum bisa menikmati nikmat iman yang sudah dimiliki oleh teman saya itu. Ketika berada di  majelis-majelis yang mempelajari Islam kaffah, iman itu mengumpul karena saya berada di antara teman-teman yang shalihah. Maka tidak salah jika kita sudah berhijrah maka teman-teman yang baik (sholeh/sholehah) lah yang akan menjaga kita tetap istiqomah.
Dan ketika kembali ke kamar (hanya sendiri), ternyata memang iman itu perlu untuk di charge (di pertahankan). Dengan membaca buku-buku Islam, ada perasaan sangat beruntung dengan nikmat Islam yang saya miliki juga perasaan rindu dengan Rasulullah SAW karena Beliau SAW Islam bisa tersampaikan ke saya hingga hari ini.


Dua buku yang saya sukai. Awalnya dengan membaca dua buku tersebut tidak ujug-ujug (tiba-tiba) saya bisa menyukainya .Saya membutuhkan berkali-kali membaca sampai akhirnya bisa meneteskan airmata mengingat bagaimana perjuangan Rasulullah SAW dan para shahabat untuk mensyiarkan Islam dengan #Rahmatan lilAlaamiin.

Pengalaman saya mungkin sama dengan pengalaman teman-teman yang dilahirkan menjadi muslim sejak lahir. Islam yang sudah diturunkan dari kedua orangtua yang muslim. Untuk menjadi seorang muslim yang kaffah, mengenal dan (belajar) mengamalkan syariah dalam kehidupan sehari-hari.

Kita tidak akan bisa mencintai dan membela agama kita, tanpa  mau mengenal dan memepelarinya secara  kaffah (menyeluruh). Dan  saya akan menuliskan proses bagaimana iman itu perlu untuk di cari bukan menghampiri .
Saya akan menuliskan seorang ustad yang sebelumnya adalah bukan seorang muslim. Mungkin ini tulisan versi saya, karena bisa jadi berbeda versi teman dan keluarganya.

Di lembaga dakwah kampus kami, kegiatan kajian untuk belajar Islam kaffah di pisah. Kajian pembinaan untuk perempuan dipisah dengan laki-laki. Kecuali kajian-kajian umum, bisa bersama dengan syarat tempat duduk di pisah antara laki-laki dan perempuan. Jadi walaupun sama-sama mengkaji di tempat yang sama, antara laki-laki dan perempuan tidak saling mengenal dan bebas bercakap-cakap. Begitupun saya dan ustad tersebut.

Awal datang ke kampus, layaknya seorang mahasiswa baru menjadi seorang yang kekinian adalah trend gaul dalam keseharian. Begitupun adik kelas saya itu, yang  kebetulan ada kakak kelas nya  satu daerah dengan nya satu kost dengan saya.
"Yuuk temani aku, ada adik kelas ku yang nganter barang kata nya mirip tomingse'....", ajak teman saya itu. Waktu itu memang sedang booming meteor garden, semua yang berbau F4 di tiru oleh para mahasiswa, model rambut salah satunya. Dan memang agak mirip lah, adik kelas saya itu dengan tomingse' ketika rambutnya juga sebahu (hehehehe)



Waktu itu awal dia muallaf. Saya masih ingat saat awal rambutnya masih panjang sebahu. Dan saya masih ingat saat adik kelas itu menjadi seorang moderator untuk kajian keislaman di koridor kampus yang pesertanya tidak sampai 40-an.
Tangan nya gemetar memegang mix dan suara  terbata-bata kelihatan gugup memandu kegiatan tersebut.
Dan sekarang, alhamdulillah sudah berproses menjadi seorang ustad yang disukai anak muda karena materi yang disampaikan nya santun dan  ber-ilmu mengenalkan syariat Allah yang kaffah.
Masya Allah, ustad Felix Siauw semoga menjadi amal jariyah apa yang di sampaikan nya tentang Islam kaffah  dan bagi yang tidak suka (pem-bully) semoga dilembutkan hatinya, berkenan mengenal dan belajar syariat Allah yang kaffah di bulan Ramadhan yang suci tahun ini, aamiin


Dari kisah hijrahnya adik kelas saya itu aka ust Felix Siauw. Hal ini membuktikan iman itu bukan diturunkan dari keluarga yang muslim (warisan). Tapi iman itu dicari bukan menghampiri.

Daaan...
Saya jadi ingin menulis tema-tema kajian yang saya dan ustad Felix Siauw kaji di tempat yang sama.  Insya Allah akan saya tulis berseri selama bulan Ramadhan. Saya menulis tidak untuk menunjukkan bahwa tempat yang saya kaji itu adalah paling baik. Saya ingin menulis berbagi pengalaman bagaimana mengenal, belajar dan menerapkan Islam yang kaffah. Karena syariat Islam bukanlah untuk satu kelompok saja, tetapi syariat Islam adalah milik kaum muslimin. Menerapkan syariat Islam adalah kewajiban dan adanya iman (di hati) bukanlah warisan.


Salam fastabiqul khairat mari berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga bulan suci Ramadhan tahun ini, kita bisa menjalaninya dengan hati yang suci, dan mendapatkan ridlo dari Sang illahi.

Aamiin Aamiin Yaa Mujibas Sailiin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...